Senin, 19 Oktober 2009

Sutra Tentang Bodhisattva Maitreya Menjadi Buddha

Di dalam suatu persamuan di Vihara Kebun Jetavana terdapat seorang Bodhisattva bernama Maitreya. Saat ia mendengar pengucapan Sang Buddha, Beliau langsung meperoleh ribuan Koti manta yang sangat praktis dari Buddha Sakyamuni. Kemudian Beliau bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya, merangkapkan kedua tangannya dengan sikap anjali berdiri disamping Sang Buddha.

Arya Upali menyembah Sang Buddha dengan dahi menyentuh lantai seraya berkata: “Oh. Lokanatha yang termulia, di dalam ingatan saya dahulu, Sang Buddha pernah berkotbah tentang Sang Ajita yang akan menjadi Buddha pada masa yang akan datang. Apakah hal ini benar? Seperti diketahui bahwa Sang Ajita masih beridentitas seorang manusia biasa, dimana masih banyak ikatan-ikatan duniawi yang dimilikinya yang belum bersih total, apakah Dia dapat dilahirkan di alam Buddha? Di alam manakah Dia akan lahir pada kehidupannya yang terakhir? Oh, Lokanatha yang termulia”.

“Baik sekali pertanyaan anda, Oh, Arya Upali,” sabda Sang Buddha Sakyamuni kepada Arya Upali: “Oh, Arya Upali ketahuilah bahwa kira-kira 12 tahun lagi mulai dari sekarang, Sang Arya Ajita akan dilahirkan di Surga Tusita setelah kehidupannya yang terakhir”.

Sang Budha Sakyamuni bersabda, “Tempat terbahagia di Surga Tusita khusus dianugerahkan kepada para umat yang pernah melaksanakan ‘Dasa Kusala Kamma’, yakni 10 perbuatan baik (1. Tidak membunuh; 2. Tidak mencuri; 3. Tidak berbuat asusila; 4. Tidak berdusta; 5. Tidak memfitnah; 6. Tidak berbicara kasar; 7. Tidak bicara kotor; 8. Tidak serakah; 9. Tidak membenci; 10. Tidak berpandangan keliru.)”.

Pada saat itu, Arya Upali bangkit dari tempat duduknya. Beliau merapikan jubahnya sambil memberi hormat kepada Sang Buddha Sakyamuni dengan dahi menyentuh lantai seraya berkata, “Oh, Lokanatha Yang Termulia, kapankah Sang Mahasattva Maitreya akan meninggalkan dunia Jambudvipa dan kemudian dilahirkan di Surga Tusita? Sudi kiranya diterangkan kepada kami sekalian.”

Sang Buddha bersabda kepada Sang Arya Upali, “Oh Arya Upali, tentang hari yang tepat adalah mulai dari sekarang menjelang 12 tahun lagi, pada tanggal 15 bulan 2. Tatkala suatu peristiwa yang sangat hebat akan terjadi di rumah Maha Brahmana Pravari yang terletak di desa Kapali, di negeri Varanasi (Benares), tanah tumpah darah Sang Ajita. Pada saat itulah seorang Mahasattva bernama Maitreya (Ajita) akan duduk bersila dan tengah melakukan Samadhi di ruangan rumah tersebut. Saat itu seluruh badannya berwarna keemasan. Sinarnya amat terang seperti ratusan ribu sinar matahari. Terus memancar hingga ke Surga Tusita, pada saat inilah Sang Ajita meninggalkan Jambudvipa. Saat itu jenazahnya masih duduk bersila, tetap teguh, persis seperti Buddha rupang yang terbuat dari emas dan memiliki sinar berbentuk lingkaran di kepala-Nya. Di dalam lingkaran terdapat aksara Sansekerta yaitu: ‘Surangama Samadhi Nirdisa Prajna Paramita’ yang amat nyata dan terang. Sejak itu, desa Kapali sering dikunjungi umat manusia aupun Dwata. Mereka dengan khidmat mendirikan stupa Mestika untuk memelihara dan memuja Sarira-Nya.

“Oh, Arya Upali, pada saat yang sama di dalam istana Surga Tusita, seorang suci lahir di dalam sekuntum bunga teratai besar. Ketika Ia lahir, Ia telah duduk bersila ditengah mahkota bunganyadan seluruh badannya berwarna keemasan seperti emas Jambunada. Tingginya 16 Yojana. Badan-Nya telah memiliki “Dvantrimsa Maha Purusa Laksana’, yakni 32 tanda fisik agung, juga dilengkapi 80 jenis tanda bagus. Kemudian segumpal Unisha juga menonjol di puncak kepala-Nya. Warna rambut-Nyapun seperti Lazurdi, kebiru-biruan, Sebuah mahkota Surga penuh permata ‘Sakrabhilagna-Mani-Ratna’ serta ratusan ribu koti permata “Kimsuka’ terpasang di kepala-Nya.”

Sang Buddha melanjutkan Sabdanya, “Oh Arya Upali, ketahuilah bahwa sejak itu Bodhisattva-Mahasattva Maitreya 3 kali di siang hari dan 3 kali di malam hari bersama-sama dengan para putra-putri Dewata yang duduk di atas tahta bunga masing-masing, menguraikan atau menganalisa tentang pelaksanaan “Avinivartaniya Dharma Cakra’ kepada para pengikutnya. Setelah pelajaran Dharma yang diajarkan Beliau itu genap satu periode, terdapat 500 koti siswa dari putra-putri Dewata itu yang tamat dari Dharma Avinivartaniya berasal dari Anuttara Samyak Sambodhi. Maka dari itu, sejak Beliau dilahirkan di Surga Tusita, tidak ada hari tanpa mengajar dengan maksud agar dapa menyebar Buddha Dharma ke berbagai Surga guna menyelamatkan para putra-putri Dewata bebas dari belenggu Surgawi, kemudian semua dilahirkan di negeri Buddha.

Sang Buddha melanjutkan SabdaNya, “Oh Arya Upali, tahukah anda bahwa setelah usia Sang Maitreya genap berusia 56 koti laksa tahun menurut penanggalan Jambudvipa, Beliau akan meninggalkan Surga Tusita dan kemudian di lahirkan di dunia Sahaloka yang dihuni oleh manusia dan makhluk-makhluk lain ini.”

Setelah Sang Buddha Sakyamuni mengkhotbahkan sutra ini, terdapat 100 ribu Bodhisattva yang datang dari berbagai dunia. Semua memperoleh ‘Surangama Samadhi’, 80 ribu koti para Dewata yang datang dari berbagai Surga dan semua dapat membangkitkan Bodhicittanya dan bertekad dilahirkan didunia Jambudvipa menjadi pengikut Sang Maitreya pada masa mendatang.

Pada saat itu, para siswa siswi Buddha Sakyamuni yang berasal dari keempat kelompok, para Dewa, Naga dan sebagainya bergembira mendengarkannya. Kemudian mereka bersikap anjali menghormati Sang Bhagava, lalu pergi.

( Sumber : Kalyanadhammo.net ; Tipitaka )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

101 Ebook Gratis